PIKAT 75

Halaman

  • Beranda
  • Tentang PIKAT
  • Visi dan Misi
  • Struktur Kepengurusan

Minggu, 30 Juni 2013

Adik Ku Pacaran



Wah anak-anak sekarang sepertinya lebih cepat dewasa ya dibandingkan anak-anak sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Mengapa sih bisa begitu? Sepertinya ini karena pergaulan yang makin bebas, tontonan yang tidak kenal usia, atau bahkan orang tua yang kurang mengawasi anak-anaknya. Saya sendiri pernah bertemu anak kelas 4 SD yang sudah berpacaran. (tepuk jidat).

Terus sebagai seorang kakak yang lebih tua dan lebih paham apa itu pacaran serta akibatnya, mesti harus mengarahkan adik-adik kita untuk menjaga diri dong. Ok? Kalo gitu terus arah kan kursornya ke bawah, saya akan memberi beberapa saran untuk kakak-kakak semua ^^




Basa basi dulu dong kak, biar nggak kaku. So sebaiknya kakak jangan langsung to the point soal ini, ajak lah dulu adik ke tempat favorit nya dan pastikan tempat itu nyaman untuk bicara. Supaya suasana lebih cair, berilah dia hadiah kecil atau makanan kesukaannya.

Kemudian ajak adik membicarakan sesuatu yang ringan misalnya cita-cita, teman, sekolah, atau orang tua dan sisipkan pertanyaan mengenai pendapatnya tentang pacaran di usia mereka. Oh iya, pastikan adik memberikan pendapat dan pandangannya tentang pacaran yang ia jalani sekarang ini. Kakak juga harus bisa menjaga emosi ya kak, jangan sekali-kali kakak memarahinya.

Jika responnya positif, mulailah membicarakan tentang pacaran dalam kaca mata islam. Namun jika responnya belum positif, ajaklah ia merasakan betapa sedihnya orang tua jika tau anaknya tidak mematuhinya. Dan berikan contoh-contoh sederhana mengenai akibat-akibat dari pacaran. Berilah contoh yang sesuai dengan umur. Untuk remaja yang sudah paham tentang keluarga, buatlah dialog tentang konsep pacaran dan konsep membangun keluarga yang sakinah ketika menikah kelak.

Tetap jalin hubungan dengan adik dan perlahan-lahan sampaikan kekecewaan orang tua padanya. Jika perlu mintalah bantuan guru yang dijadikan idola oleh adik untuk memberikan nasehat. Terkadang saat berdialog, ia akan menunjukan sikap memberontak, meskipun sebenarnya mereka mengakui pendapat kita.

Dan yang terakhir, kakak tidak boleh menyerah. Selain menasehati, kakak juga harus mendoakan mereka. Karena Allah adalah sebaik-baiknya pelindung.

Bagaimana? Sudah ada pencerahan kah? Jika ada yang kurang pas atau kurang jelas, boleh banget deh komen di bawah atau inbox langsung ke pikat.sma75@gmail.com

Semoga bermanfaat ^^ (ist)
Baca Selengkapnya → Adik Ku Pacaran
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pemuda, Pesona Dakwah

Kamis, 27 Juni 2013

Tadaabur - saling membelakangi



Hai temen-temen, tau tadaabur??? Tulisannya pake huruf alif setelah huruf dal. Tadaabur berasal dari kata dubur, atau tempat keluarnya kotoran. Tetapi secara bahasa at-tadaabur menunjukan adanya dua pihak, masing-masing pihak membelakangi pihak yang lainnya. Tapi ternyata, hal ini dilarang lho teman.. karena termasuk perbuatan tercela dan dilarang agama.

Ada beberapa bentuk tadaabur, yang pertama adalah tadaabur qalbi. Disini fisik dan muka saling berhadapan, tetapi sikap dan perasaan hati saling membelakangi, tidak ada kecocokan hati, dan tidak se-nyawa.

Yang kedua adalah keseluruhan badan saling berhadapan namun bagian wajah/muka melengos miring, menghadap ke kanan atau kekiri. Jika hal ini terjadi atas perwujudan ketidaksukaan maka hal ini termasuk perbuatan tidak beradab (tdak sopan).

“Dan janganlah kamu memalingkan pipimu wajah mu dari manusia.” (QS Luqman : 18)

Ketiga, wajah dan seluruh tubuh tidak menghadap saudaranya, atau membelakanginya. Jika ini merupakan wujud ketidaksukaan maka ini termasuk dalam perbuatan tidak beradab, mengganggu ukhuwah dan dilarang oleh agama.

Keempat, ghibah atau menggunjing saudaranya alias ngomonin orang dibelakangnya.

" Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan daripada sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagia daripada sangkaan itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah sesetengah kamu mengumpat sesetengahnya yang lain. Adakah seseorang daripada kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik dengannya. (Oleh sebab itu,patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat, lagi Maha mengasihani." (Surah al Hujurat :12)

Yang kelima, Al Hujran, atau mendiamkan, tidak bertegur sapa, jika berjumpa enggan bersalaman, bahkan berusaha saling menghindar dan menjauhi saudaranya.

Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa Raslullah SAW bersabda, "Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, jangan saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, jangan saling hasud. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga hari.” (HR Muttafaq 'alaihi)

Yang keenam adalah Al Muqatha’ah atau saling melakukan pemboikotan maupun saling memutuskan hubungan.

Nah, bagaimana? Apa ada yang sedang melakukan atau mengalami keenam sikap diatas? Ckckck,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah ditempatkan di dalam beberapa taman Syurga, dengan mata air-mata air terpancar padanya. (Mereka dipersilakan oleh malaikat dengan berkata): Masuklah kamu ke dalamnya dengan selamat sejahtera serta beroleh aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (Al Hijr : 45 – 47)
Baca Selengkapnya → Tadaabur - saling membelakangi
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pemuda, Pesona Dakwah, Selembar Kisah

Rabu, 26 Juni 2013

Islam itu Indah kok Kawan


Di Tengah Bisingnya Opini Media...!!!

Di tengah hiruk pikuknya dunia menyalahkan Islam dengan berbagai cara, kami masih sempat duduk-duduk di depan gedung rektorat Universitas Jember. Sambil menyantap hidangan yang dibawa oleh masing-masing UKI (Unit Kegiatan Islam) dari fakultas Pertanian, MIPA, dan Ekonomi. Kami, yang semuanya wanita, baru saja menyelesaikan diskusi mengenai opini media bahwa “ROHIS adalah Sarang Teroris.”

“Apa temen-temen semua kenal saya?” Tanya Laily dari Fakultas Ekonomi berkomentar pada forum diskusi. Beberapa orang menjawab ‘ya, dan yang lain menggeleng.
“Apa temen-temen tau saya ini seperti apa? Apa saya orang baik atau orang jahat?” Tambah Laily.

Sebagian besar menggeleng, sedangkan Iim, dari Fakultas MIPA berkomentar, “Nggak tau dong mba, kan blum kenal.”
“Begitulah opini media. Karena setitik, hmmm… susu sebelanga..” Laily terdiam bingung. “Apa ya itu namanya???”

“Karena nila setitik…” jawab forum sambil tertawa-tawa.
“Oh iya, karena nila setitik, rusak susu sebelanga.” Ralat Laily sambil tertawa juga. “Jika memang kebetulan teroris yang tertangkap pernah menjadi anggota ROHIS, apa nggak liat kalo sebagian besar anggota ROHIS juga bisa sukses? Jadi pegawai pemerintah, orang terpercaya, jujur, adil, bijaksana, dan jadi pemuka masyarakat.”

“Bayangkan,” tambah Laily, “kalo di dunia nggak ada organisasi semacam ROHIS, remaja-remaja jaman sekarang akan jadi apa?”
Forum mengangguk-angguk.

Kemudian seorang mahasiswi dari fakultas ekonomi bercerita, “Dulu saya juga aneh lihat mba-mba yang pakai jilbab lebar. Taplak meja kok dipake sih mba? Gitu dalam hati saya. Tapi setelah saya mengenal islam lebih jauh, ternyata mengenakan jilbab lebar lebih banyak manfaatnya.”

Iya sih, dulu juga aku pikir aneh pake jilbab besar-besar.

Kemudian sahabat yang lain berkomentar, “Sebenarnya ROHIS tidak bisa disalahkan, karena dalam ROHIS tidak pernah diajarkan bagaimana caranya merakit bom, caranya jadi teroris, atau pun caranya masang bom di badan. Perlu gak sih kita ngomongin mau ngebom rektorat?”
Forum tertawa kecil.

“Kita belajar bagaimana mengenal Allah, mengenal Islam, belajar Al Qur’an, dan gak pernah membahas topik-topik yang saya sebutkan tadi.”

Dalam hati aku menambahkan, “Dan makan gratis.” Kemudian sepotong pepaya melncur mulus ke dalam mulut ku.

“Lantas bagaimana solusinya?”
“Di Jakarta, siswa dan mahasiswa melakukan unjuk aspirasi mba.”
“Di Surabaya juga, tapi lebih damai.”
“Kenapa nggak tunjukin aja kalo Islam itu damai, nggak perlu demo kan?”

Ramai forum bersahut-sahutan memberikan pendapat tentang solusi masalah ini. Kemudian seseorang mengambil perhatian forum dan mengambil kesimpulan.

“Menyampaikan pendapat memang banyak cara, nggak cuma dengan demo, tetapi juga bisa dengan perbuatan sehari-hari. Lagi pula jalan dakwah juga nggak cuma dengan bicara kan, tapi juga bisa dengan perbuatan.”

“Iya mba, seperti buku yang saya baca, ada seorang laki-laki yang menghina Islam di sebuah restoran, kemudian ada wanita muslim di sana. Wanita itu nggak marah, tapi malah bayarin makanannya laki-laki tadi.”

Ya, begitu lah kira-kira isi diskusi kami yang mungkin hanya setengah jam, sementara sisanya dihabiskan dengan makan hidangan sederhana yang biasa, pepaya, salak, semangka, dan makanan ringan lain. Kami saling bercanda satu sama lain dan tertawa-tawa.

Nggak ada yang salah ah dengan ROHIS atau organisasi Islam yang lain. Setiap organisasi Islam yang pernah masuk daftar hidup ku, semua hanya berisi kesenangan dan makan-makan seperti ini. Kesenangan seperti apa sih? Kesenangan yang kami punya adalah kesenangan saat sama-sama saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Ada rasa berbeda saat berkumpul untuk memuji Allah, sebuah kesenangan yang indah, yakni sebuah ketenangan hidup. Islam itu indah kok kawan.

from:
http://issuchii.blogspot.com/
Baca Selengkapnya → Islam itu Indah kok Kawan
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pemuda, Pesona Dakwah, Selembar Kisah

Pelajaran Berharga Untuk Rizal

Aku mendapat cerita ini dari seorang teman kuliahku. Anak itu baik, lucu, suka menolong, dan ramah. Sayangnya dia sering dijadikan bulan-bulanan lelucon di kelas. Suatu hari dia bercerita padaku tentang kehidupannya di SMA. Hingga sampailah dia pada cerita tentang seseorang yang telah mengubah hidupnya.


Nama temanku adalah Rizal dan masa SMA bukanlah masa gemilang bagi seorang Rizal. Meskipun potensi akademisnya jauh diatas teman-temannya, Rizal termasuk anak pintar yang bandel. Ia sombong, angkuh, egois, dan suka mempermainkan orang lain.


Suatu hari di awal semester ganjil, seorang siswa baru masuk bersama wali kelasnya. Siswa itu, sebut saja, bernama Ady. Seragam yang ia pakai kumal, celana abu-abunya tampak menguning, begitu juga dengan bajunya. Rizal jijik melihat anak itu.


“Ady, kamu boleh duduk di bangku kosong mana saja.” Kata wali kelas pada siswa baru itu. Ia mengangguk dan segera mematuhi perintah gurunya. Saat itu Rizal sadar apa yang terjadi. Bangku yang kosong hanyalah tempat duduk di sampingnya. Rizal protes saat Ady sampai di tepi meja.

“Bu!” kata Rizal. “Saya nggak mau duduk sama dia Bu. Kucel, bau, jelek lagi.” Ujar Rizal tanpa belas kasih. Ady tampak tersenyum.


Namun meskipun Rizal protes, guru wali kelas tetap bersikeras bahwa Ady harus duduk disana. Maka Rizal berhenti protes.

“Saya Ady, kamu siapa?” sapanya sopan seraya mengulurkan tangan. Rizal mengacuhkannya.

“Gue gak mau duduk sama elo. Duduk di bawah!” kata Rizal memberi perintah.

Ady tampak sedih dan tersinggung, tapi ia berusaha tersenyum dan berkata, “Ya sudah, saya duduk di bawah. Salam kenal.”

Rizal tidak peduli, ia mengacuhkannya.


Saat jam istirahat, Rizal dan kawan-kawannya seperti biasa pergi ke kantin untuk makan siang. Sedangkan Ady yang belum memiliki kawan, hanya duduk di kursinya dan memakan sebungkus roti. Ketika Rizal masuk ke dalam kelas, Ady dengan ramah menawarkan roti.


“Mau roti, Zal?” tanyanya.

Kemudian dengan menunjukkan rasa angkuh serta emosi yang meledak-ledak, Rizal mengambil roti itu, berjalan ke depan kelas, dan melempar roti tersebut ke tempat sampah.

“Roti begini mau lu kasih gue? Gak level. Roti buluk. Roti murahan!” ucapnya keras-keras hingga menarik perhatian orang-orang yang lewat.


Rizal tau Ady tersinggung dan sedih, namun betapa anehnya anak itu justru tersenyum. Ia mengambil kembali rotinya dari tempat sampah, kemudian memakannya.


Beberapa hari kemudian, entah dari mana Rizal tahu bahwa roti itu, roti buluk yang dijual di warung pinggir jalan, roti murahan, roti yang dijual seharga lima ratus rupiah sebungkus, adalah jatah makan Ady selama sehari. Ada perasaan menyesal dalam dirinya. Ada perasaan bersalah dalam hatinya.


Suatu hari, Rizal diam-diam mengikuti Ady sepulang sekolah. Ady berjalan pulang dari sekolah yang berjarak hampir setengah jam berjalan kaki. Rizal mengikutinya sampai depan pintu rumah, menyapanya, dan membuat anak itu terkejut.

“Rizal? Ada apa?” tanya Ady masih terkejut. Ia menyuruh Rizal masuk.

Rumah itu tidak seperti rumahnya. Rumah itu kecil, berdinding bambu, beratap daun, terlihat dingin saat malam hari. Disana ada dua orang anak perempuan yang masih kecil-kecil menyambut kedatangan kakak mereka.

“Maaf rumahnya begini, gak ada makanan, gak ada minuman.”

Rizal menggeleng, “Ga pa pa.”


Ady menceritakan kegiatannya sehari-hari. Selain sebagai pelajar, ia juga bekerja sebagai tukang semir sepatu untuk menghidupi kedua adik perempuannya yang masih kecil-kecil. Kedua orang tuanya sudah lama wafat, kini ia yang menjadi tulang punggung keluarga.


Keesokan harinya Rizal meminta pada Ady agar ia mau mengajaknya bekerja. Maka berangkatlah mereka berdua berkeliling kota sepulang sekolah untuk mencari sepatu-sepatu yang harus disemir.


Panas matahari begitu terik. Ingin rasanya Rizal membeli segelas air mineral untuk melepas dahaganya. Namun ia malu melihat Ady yang begitu kuat menahan rasa haus dan lapar.


Mulai hari itu ada sesuatu yang mengubah pemikirannya. Rizal mulai berubah. Seorang anak yang menjadi tulang punggung keluarga telah mengubahnya menjadi lebih baik, menjadi seseorang yang lebih menghargai orang lain dan menghargai rizki yang diberikan Allah. Ia menyesal dengan segala kesalahan yang pernah ia lakukan.


Namun sungguh, terkadang manusia tidak bisa menafsirkan apa yang tersirat dibalik jalan Allah. Ya, terkadang kita tidak mengerti tentang apa yang Allah pilihkan untuk kita. Dan Rizal mengalaminya.


Malam itu adalah acara ulang tahun Rizal yang ke-17. Sebuah pesta ulang tahun diselenggarakan di rumahnya. Ady datang, dengan baju kumalnya seperti biasa, membawakan sebuah kado terbungkus kertas koran. Isinya adalah roti yang setiap hari ia makan.


Tak terasa butiran bening mengalir hangat di pipi Rizal. Semua teman-teman lamanya mulai terlupakan, tergantikan oleh sesosok manusia tegar bernama Ady. Ia yang mengajarkan bagaimana kehidupan yang sebenarnya, bagaimana sulitnya mencari sepeser uang, bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah, hingga bagaimana mencari berkah di tengah kesulitan hidup.



Rizal mulai tersedu-sedu saat melanjutkan cerita. Ia bercerita bahwa setelah acara ulang tahunnnya selesai, Ady pamit pulang. Ia menolak Rizal yang menawarkan diri untuk mengantarnya. Namun belum sampai hitungan jam dari kepergiannya, Rizal mendapat kabar bahwa terjadi kecelakaan fatal yang menyebabkan kematian seorang siswa SMA. Siswa itu adalah Ady.


Tak ada yang bisa menggantikan sosok Ady dalam kehidupan Rizal. Ia merubah sifat angkuh dan sombong dalam diri Rizal menjadi sifat rendah hati dan setia kawan. Pertemuan mereka yang singkat menjadi pelajaran berharga, menjadi suatu hikmah, menjadi suatu contoh, bahwa kita bisa mendapat pelajaran bukan hanya dari sekolah atau buku, bukan pula hanya dari orang tua, kiyai, atau guru, tapi pelajaran berharga ada kalanya berasal dari orang-orang yang tidak kita duga. Mungkin dia adalah orang yang dulu kita benci, mungkin orang itu adalah anak jalanan yang miskin, mungkin pelajaran itu datang dari preman jalanan yang sangat jahat, atau mungkin akan datang dari seorang wanita tua yang tuli dan bisu. Kita tidak mengetahui apa arti kehidupan seseorang dalam hidup kita kecuali kita membuka mata hati untuk melihat. Bahkan terkadang kita tidak mengerti mengapa kita hidup, padahal mungkin diri kita akan menjadi contoh atau pelajaran untuk orang lain. Berusaha dan berdoalah supaya kita menjadi sebuah contoh kebaikan. Menyesali hidup bukanlah kebaikan. Semoga kita selalu terhimpun dalam ketaatan kepada-Nya. Amin.

from:
http://issuchii.blogspot.com/
Baca Selengkapnya → Pelajaran Berharga Untuk Rizal
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pemuda, Selembar Kisah
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Ukhuwah itu Indah

Ukhuwah itu Indah

PIKAT SMAN 75 Jakarta

PIKAT SMAN 75 Jakarta

Label

  • Agenda Kegiatan (9)
  • Fiqus sunnah (1)
  • Foto Kegiatan (6)
  • Indonesia Hari Ini (20)
  • Lain-Lain (8)
  • News (10)
  • Pemuda (23)
  • Pesona Dakwah (23)
  • Selembar Kisah (16)

Arsip Blog

  • Desember (2)
  • Oktober (1)
  • September (3)
  • Agustus (4)
  • Juli (32)
  • Juni (27)

ROHIS SMAN 75 Jakarta

ROHIS SMAN 75 Jakarta

Cari Blog Ini

Entri Populer

  • Pengelolaan Limbah Kopi
  • Budidaya Kaktus
  • Lahan Pesisir
  • Kejujuran dan Puasa Ramadhan
  • Anjuran Menyampaikan
  • Obat anti Putus Asa
  • Peran Agama dalam Subsistem Agribisnis

Pemuda

Pemuda
Pemuda tak pernah kehilangan karya. 'Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia' (Soekarno).

Dokumentasi Sarasehan 75

Dokumentasi Sarasehan 75
Ini adalah Acara Sarasehan 75 (Silaturahmi Rohis dan Alumni Seluruh Angkatan SMA 75) yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2013 di Masjid Al Hikmah dalam lingkungan SMA 75

Indonesia Hari Ini

Indonesia Hari Ini
Banyak hal terjadi disekitar kita, mulai dari budaya, ekonomi, politik hingga isu-isu terhangat.

Dokumentasi Halal Bihalal 2013

Dokumentasi Halal Bihalal 2013
Ini adalah acara Halal Bihalal yang dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2013 di Masjid Al Amal

Pesona Dakwah

Pesona Dakwah
Tidak ada yang lebih berat perjuangannya selain dakwah di jalan Allah. Namun di balik itu semua ada janji-janji Nya yang sangat indah dan berkah-berkah melimpah ditiap kerikil dan duri yang kita temui.
Tema Perjalanan. Gambar tema oleh TommyIX. Diberdayakan oleh Blogger.