Musuh Utama Dakwah : Cinta Dunia

1434 tahun yang lalu, Rasulullah Muhammad Salallahu alaihi wassalam beserta para sahabat melakukan hijrah dari Makah ke Madinah. 10 tahun sebelumnya, Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Beliau beserta para sahabat mendapat cekalan dari kaum Quraisy dalam bentuk hinaan, cacian, makian, lemparan batu dan kotoran, dijerang di pasir gurun yang panas, bahkan hendak dibunuh. Bahkan pernah suatu ketika Rasulullah hendak dibunuh ketika shalat dengan dicekik lehernya menggunakan kain. Beruntung ada Abu Bakar yang datang, kemudian menyelamatkannya.

Begitulah awal mula pergerakan Islam dan penyebarannya di kota Makah hingga selepas Hijrah, Rasulullah bisa berdakwah dengan tenang meskipun masih harus menghadapi perang.

Saat ini, umat Muslim bisa menjalankan kewajibannya dengan tenang untuk beribadah, menuntut ilmu, menyampaikan risalah di sekolah-sekolah, madrasah, pengajian umum, maupun melalui media cetak dan elektronik. Tak ada lagi hinaan atau cacian seperti yang diterima Rasulullah di awal pergerakan Islam. Saat itu musuh dakwah berbentuk nyata, berupa siksaan mental, fisik hingga perang yang merenggut nyawa mujahid-mujahid Islam.

Namun saat ini musuh dakwan itu sangatlah tidak nyata. Pergerakan musuh Allah begitu lembut dan cantik melenakan. Mereka merusak akhlak melalui uang, makanan, mode, musik, bahkan pendidikan. Para pemuda menjadi malas bergerak dalam lingkungan yang nyaman ini. Mereka di cekoki bahwa tak ada yang lebih menyenangkan selain hidup berkecukupan dan bisa makan enak. Pikiran-pikiran ini menyebabkan pemuda lebih suka mengejar dunia dari pada berdakwah. Seakan-akan dakwah adalah hal sampingan yang tidak lagi penting.

Setiap hari dan setiap waktu, para pemuda disibukan dengan belajar atau bekerja demi mendapatkan cita-cita atau uang yang diinginkan. Banyak dari mereka lupa bahwa ada dakwah yang harus dilaksanakan. Lebih dari itu, banyak pemuda yang menghabiskan waktunya bukan untuk itu semua, tapi untuk bersenang-senang dengan mode dan musik. Itu semua membuat mereka terlena. Lebih buruk lagi, bukan dakwah yang terbengkalai, bahkan iman dan ibadah pun terbengkalai.

Inilah masalah dakwah kita sekarang. Kecenderungan akan dunia membuat kita malas. Suntikan-suntikan dunia luar membuat kita lupa, alpa, dan terlena. Sungguh enggan kita bangkin dari kursi kantor yang empuk dan menghasilkan uang, atau laporan kuliah yang menumpuk dikerjakan demi IPK yang bagus, atau meninggalkan konser band dan pertandingan sepak bola yang sedang bagus-bagusnya, atau bahkan menyimpan uang untuk nantinya dihabiskan dalam upaya menyamai mode artis yang sedang ngetrend.

Ini lah musuh utama dakwah saat ini. Bukan lagi pedang atau batu atau kotoran dan hinaan, tapi kemalasan akibat dunia yang melenakan. Mari muhasabah kembali diri kita dan tingkatkan semangat kita dalam menegakkan yang hak dan mencegah yang bathil.

Semoga bermanfaat. (ist)