Aku Mencintai Mu Saudara Ku

Pasti temen-temen semua udah pada tau dong kisah Nabi Musa? Pada inget nggak kalo Nabi Musa tidak berjalan sendiri, tapi bersandingan dengan saudara nya, Harun. Allah pun mengangkat Harun menjadi nabi untuk membantu Musa dalam menjalankan tugasnya sebagai Nabi.

Nabi Harun sangat pandai berbicara dan pandai berdebat. Seperti diceritakan al-Quran: “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku khawatir mereka akan berdusta.” Begitu kata Nabi Musa. Sedang kan Nabi Musa sendiri memiliki kesulitan untuk berbicara. Ingat kan doa Nabi Musa yang paling terkenal? “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)

Disanalah peran saudara, mereka saling melengkapi. Tapi taukah dirimu teman, ada persaudaraan yang lebih erat dari ikatan darah yakni persaudaraan yang diikat dengan keimanan kepada Allah. Pernahkah membaca kisah Nabi Muhammad? Betapa para sahabat rela meninggalkan keluarganya demi berislam? Dan ingatkah kawan kisah Mus’ab bin umar sang muqarri’ madinah, yang lebih memilih Islam daripada keluarga nya? Ia rela hijrah ke Madinah dan menjadi duta Rasulullah untuk menyampaikan risalah Islam di kota tersebut.

Tak ada yang lebih indah selain bersaudara karena Allah.

Terkadang dalam dakwah kita mengalami suatu masa dimana terjadi erosi semangat. Semakin curam tantangan dakwah, semakin deras ujian dari Allah, maka semakin dalam erosi yang terjadi. Namun bukan jalan dakwah namanya jika jalannya mulus dan bertabur bunga. Ini adalah salah satu ujian dalam beristiqomah di jalannya.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-'Ashr : 1-3)

Disanalah fungsi saudara dalam perjuangan. Ketika kita lupa, dia mengingatkan. Ketika kita buntu, dia yang menunjukan jalan.

Lelah dalam perjuangan, kosong dalam penantian, keraguan bercampur dalam hiruk hikuk kehidupan dunia, menjalani sederet ujian dengan peluh dan air mata, disanalah saudara kita berdiri, merangkul erat bahu kita, memapah saat kita tak mampu berdiri. Berpisah saling merindukan, bertemu saling melengkapi.

Persaudaraan ini bukan karena nasab atau fanatisme golongan, tapi persaudaraan aqidah dan iman. Tak ada yang meragukan diantara kaum mukminin bahwa ikatan yang mengikat diantara penduduk bumi dan penduduk bumi dengan langit, adalah kalimat La ilaa ha illallah.

“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada mu ketika dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati mu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara.” (Al-Imran : 103)

Aku mencintaimu, saudara ku, karena Allah..

Semoga bermanfaat ^^ (ist)

Baca juga : http://pikatsman75.blogspot.com/2013/06/hakikat-persaudaraan.html